Rabu, 26 Mei 2010

Kebudayaan jawa

Pancaran atau pengejawantahan budi manusia jawa yang mencakup kemauan, cita-cita, ide maupun semangat dalam mencapai kesejahteraan, keselamatan, dan lahir batin merupakan salah satu definisi dari kebudayaan jawa. Kedatangan kebudayaan Hindu di jawa melahirkan kebudayaan Hindu-Jawa. Kedatangan kebudayaan Islam di Jawa melahirkan kebudayaan Islam-Jawa. Kebudayaan jawa menjadi sinkretis meliputi unsur-unsur: Pra-Hindu (jawa asli), Hindu Jawa, Islam Jawa, dan Barat Jawa. Barangkali sangat kelihatandan jangan heran apabila manusia jawa sekarang ini cenderung materialistik karena pengaruh budaya barat. Dalam perkembangannya, kebudayaan jawa masih tetap seperti dasar kelahirannya. Menurut pemikiran-pemikiran lama dapat dirumuskan:
a. Manusia jawa berkeyakinan kepada Sang Maha Pencipta, penyebab dari segala kehidupan.
b. Manusia jawa berkeyakinan bahasa manusia adalah bagian dari kodrat alam semesta (makro kosmos). Manusia dengan alam saling mempengaruhi. Tetapi manusia harus sanggup melawan kodrat alam sesuai dengan kehendak cita-cita agar hidup selamat baik di dunia maupun di akherat. Hasil dari perjuangan perlawanan terhadap kodrat alam tersebut berasal dari kemajuan dan kreativitas kebudayaan, sehingga terjalinlah keselarasan dan kebersamaan yang didasarkan pada saling hormat, saling tenggang rasa, saling mawas diri.
c. Manusia jawa rindu akan kondisi “tatatentremkertaraharja” yaitu suatu keadaan yang damai, sejahtera, aman, sentosa, berdasar pada “kautamaningngaurip” (keutamaan hidup) sehingga manusia jawa berkewajiban untuk “memayuhayuningbawono”.
Kitab-kitab yang menjadi kajian filsafat dan kebudayaan jawa, antara lain: karya-karya sastra Ranggawarsita, Sri Mangkunegara IV, Pakubuwono IV (tiga serangkai pujangga jawa). Juga beberapa contoh lakon wayang seperti Karno Tanding, Bimo Suci.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar